Senin, 25 Agustus 2008

Menuju Puncak






Kamis, 21 Agustus 2008

Apa Kata Mereka Tentang Budiman?

Budiman Sudjatmiko sejak kecil sudah terkonsep perhatiannya pada
masjarakat. Bayangkan di usia kecil dia sudah mengenal buku "Di Bawah
Bendera Revolusi" -nya Sukarno, jaman kuliah dia tidak seperti
mahasiswa-mahasiswa lain yang hedonis, atau mahasiswa kutu buku yang
intelektualitasnya berjalan di atas awan. Dia belajar sekaligus
bertindak. Di jaman awal Kuliah Budiman dengan tekun mempelajari
semua bentuk susunan masjarakat, sehingga dia menemukan antitesis
dari sistem Orde Baru, yang dia tembak pertama kali adalah
Politiknya. Partai bentukannya Partai Rakyat Demokratik, adalah salah
satu bentuk jawaban atas kegelisahan anak muda yang melihat negaranya
dalam belenggu kekuasaan yang tidak benar. PRD ini bukan saja
didukung anak-anak muda yang bersemangat tapi kaum intelektualitas
yang tidak mau melacurkan diri pada kekuasaan. sebutlah Pram, Gunawan
Muhammad dan belakangan George Junus Aditjondro angkat topi untuk
gerakan ini. Di saat semua orang tunduk dan bersikap oportunis
terhadap Junta Militer Orde Baru, Budiman cs sudah berani tegak
melawan kekuasaan. Dan kelak berani menghuni penjara Orde Baru yang
menghinakan kemanusiaan.

Peristiwa Penyerbuan PDI dibawah komando Buttu Hutapea yang
berkoalisi dengan militer atas suruhan Suharto, telah mencoreng
moreng wajah dungu Orde Baru. Disaat itulah secara tidak sengaja
Rezim Suharto justru membanditkan Megawati dengan tuduhan digerakkan
oleh PKI yang alatnya adalah digunakan PRD sebagai bentuk bukti
rekayasa. Tapi Budiman tidak gentar menghadapi tuduhan itu, ia tidak
seperti para pemuda-pemuda yang terjun di kancah politik karena
Bapaknya, atau sekedar oportunis murahan, tapi Budiman maju dan
berani muncul disaat antitesis dan oposisi diharamkan, disaat orang
seperti Buya Metareum mengatakan logika paling konyol sedunia :
Oposisi loyal. Disaat nyaris semua intelektual Indonesia membeo pada
kebenaran penafsiran Orde Baru. Budiman muncul di permukaan.

Ketika derap langkah reformasi pecah, terus terang gerakan reformasi
diilhami salah satunya oleh keberanian anak-anak PRD,dan gerakan-
gerakan lainnya yang mengikuti. Idealisme Budiman mengilhami generasi
dibawahnya, yang melakukan kritik terhadap Orde Baru dengan praktek,
berani berhadapan dengan moncong senjata. Angkatan 1998, sebuah
angkatan yang lugu terhadap politik tapi berani turun ke jalan adalah
sebuah puncak dari gerakan koreksi anak muda terhadap Orde Baru yang
dimulai pada Gerakan Arif Budiman 1971, Malari 1974, Gebrakan
Presiden Baru Wimar dan Gejolak anti NKK/BKK 1978, Bakar-bakaran ban
menentang Rudini di ITB 1988, Penangkapan aktivis PRD 1996 dan
semuanya berpuncak pada gerakan 1998.

Penyelesaian gejolak politik 1998 mengarah pada sistem kompromi, dan
saat ini sistem kompromi sudah berjalan menuju bentuknya paling
sempurna, ditengah Reformasi yang gagal masih ada kesempatan, yaitu
terciptanya sistem demokrasi yang relatif baik. Di titik inilah
diharapkan para idealis muda mampu memanfaatkan kesempatan untuk
menarik demarkasi, Saya disini, dan Pendosa baik pendosa masa lalu
atau masa kini disana. Garis Demarkasi itu harus jelas. Dan untuk
memimpin front itu harus orang-orang dengan karakter jelas. Disaat
kaum intelektualis, artis dan kaum dunguis berbondong-bondong tinggi
hasrat libidonya untuk meraih jabatan hanya sekedar jabatan bukan
konsep, maka disitulah Perjuangan dimulai untuk menghantam kedunguan
ini.

Seperti dialog Budiman dengan Bung Karno, di kamar kostnya yang sepi
di Yogya, Bung Karno berkata pada Budiman : Beri aku sepuluh pemuda,
maka aku akan goncangkan dunia!" Jelas pemuda yang memahami arah
sejarahlah yang mampu memahami dunia, bukan pemuda yang naik jabatan
sekedar jual nama Bapaknya, jualan intelektualitas, jualan keartisan
atau jualan harta. Konsep arah sejarah Indonesia adalah perjuangan
serius, dan politik bukan ajang spectacle, karena sekali lagi
rakyatlah yang jadi pertaruhan dari ini semua.

Maju Terus Budiman Dan Merdeka!

Anton

Rabu, 20 Agustus 2008

Mari Bertanya kepada diri sendiri

Kita harus mulai sering bertanya 'bukan apa yang bisa kita raih dalam hidup, melainkan apa yang kuinginkan untuk orang kenang dan ingat diriku setelah kematianku.' Bahwa dalam politik kekuasaan menjadui sentral, itu memang harus demikian. Kalau orang terjun ke politik, tapi yang jadi insentif-nya adalah kekayaan/laba dalam bentuk uang, tentu itu akan salah jalan. Lebih baik, dia berbisnis...Untuk itulah, tak terhindarkan orang yang terjun ke dunia politik. Menganggap bahwa otoritas yang real dan efektif (kekuasaan politik) merupakan prasyarat bagi sebuah realisasi visi, idealisme, cita-cita mulia dan bahkan juga hasrat seksualnya, atau motivasi-motivasi lain yang bersifat purbawi...Saya sendiri merasa bahwa posisi sebagai wakil rakyat di DPR pada Pemilu 2009 merupakan sebuah peluang untuk menguji diri, apakah saya bisa survive dan tetap on the right track. It's worth trying...(Budiman Sudjatmiko)